Sebenarnya cerita ini dimulai dengan tanpa tahu kemana tujuannya yang saya kira hanya kekota sebelah mencari udara segar. Pacet misalnya? Oleh karena itu selain saya hanya memakai setelah baju kerja plus High Heels (karena pulang kerja langsung berangkat dan baju gantinyapun saya nitip adek buat nganter ke kantor), saya membawa 2 setel baju dan sepasang sandal. Dan petualangan kamipun dimulai.
Berangkat pukul 18.00 WIB menjemput teman-teman yang sudah
menunggu di daerah Lidah Wetan. Dan bersyukur atas kemacetan yang terjadi di
Surabaya belakangan ini, dari Pakis hingga Lidah butuh waktu 2 jam!! Sampai di
Lidah udah jam 20.00 WIB.
Setelah para pasukan berkumpul berangkatlah kami menuju kota
Malang (saya kira) pukul 20.30 WIB, mampir makan dulu bentar di rest area Tol
Waru. Sekitar pukul 22.00 WIB kami baru melanjutkan perjalanan panjang kami. Oh
iya sedikit saya uraikan kemana tujuan kami kali ini.
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Selain karena penduduknya, Jawa timur memiliki pesona alam yang indah. Hal ini dikarenakan Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Panjang bentangan barat-timur sekitar 400 km. Lebar bentangan utara-selatan di bagian barat sekitar 200 km, namun di bagian timur lebih sempit hingga sekitar 60 km.
Secara fisiografis, wilayah Provinsi Jawa Timur dapat
dikelompokkan dalam tiga zona: zona selatan (plato), zona tengah (gunung
berapi), dan zona utara (lipatan). Dataran rendah, dan dataran tinggi pada bagian
tengah (dari Ngawi, Blitar, Malang, hingga Bondowoso) memiliki tanah yang cukup
subur. Pada bagian utara (dari Bojonegoro, Tuban, Gresik, hingga Pulau Madura)
terdapat Pegunungan Kapur Utara, dan Pegunungan Kendeng yang relatif tandus.
Banyaknya gunung di Jawa Timur membuat saya bingung ingin
memulai darimana. Setelah tahun lalu saya membuat cerita perjalan ke Gunung
Bromo, kali ini saya ingin pergi ke bagian timur di Provinsi Jawa Timur,
Banyuwangi. Selain pesona lautnya yang indah, banyuwangi juga memiliki gunung
yang sangat memikat. Adalah Gunung Ijen yang saat ini akan menjadi tujuan
cerita perjalanan kami kali ini. Tanpa tahu jalan, hanya dengan petunjuk GPS
(mungkin ini akan menjadi kebiasaan setelah malu bertanya sesat
dijalan..hahaha). Sekilas akan saya ceritakan tentang gunung ijen yang saya
kutip dari wikipedianya mbah google.
Gunung Ijen adalah
sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Gunung
ini memiliki ketinggian 2.443 mdpl dan
terletak berdampingan dengan Gunung Merapi. Gunung Ijen terakhir meletus
pada tahun 1999. Salah satu fenomena alam yang paling terkenal dari Gunung Ijen
adalah kawah yang terletak di puncaknya, yang terdapat kawah ijen. Untuk
mendaki ke gunung ini bisa berangkat dari Banyuwangi ataupun
dari Bondowoso.
Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang
bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen dengan tinggi 2.443 meter di
atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai
5.466 Hektar. Danau kawah Ijen dikenal merupakan danau air sangat asam terbesar
di dunia[1].
Kawah
Ijen berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Setiap
dini hari sekitar pukul 02.00 hingga 04.00, di sekitar kawah dapat dijumpai
fenomena blue fire atau api biru, yang merupakan keunikan tempat ini,
karena pemandangan alami ini hanya terjadi di dua tempat di dunia yaitu Islandia dan
Ijen. Dari Kawah Ijen, kita dapat melihat pemandangan gunung lain yang ada di
kompleks Pegunungan Ijen, di antaranya adalah puncak Gunung Merapi yang berada di timur Kawah Ijen,
Gunung Raung, Gunung Suket, Gunung Rante, dan sebagainya.
Untuk mencapai kawah Gunung Ijen dari Banyuwangi, bisa
menggunakan kereta api ekonomi dengan tujuan Banyuwangi dan turun di Stasiun Karangasem kemudian naik ojek dengan tujuan Kecamatan Licin dan Desa
Banyusari. Dari Banyusari, perjalanan dilanjutkan menuju Paltuding dengan
menumpang truk pengangkut belerang atau menggunakan bus dan turun di Banyuwangi
kota kemudian naik ojek bisa langsung ke Paltuding atau ke Desa Banyusari juga
bisa namun dengan menggunakan bus tarif yang dikeluarkan akan lebih mahal.
Pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di
Paltuding, yang juga merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian
Alam). Alternatif rute adalah Bondowoso - Wonosari - Tapen - Sempol -
Paltuding. Fasilitas lain yang dapat dinikmati oleh pengunjung antara lain
pondok wisata dan warung yang menjual keperluan pendakian untuk menyaksikan
keindahan kawah Ijen.
Dan akhirnya kami sampai dengan selamat di pos ini sekitar pukul 02.00 WIB. Tidur sebentar buat pak supir. Melemaskan otot yang kaku setelah perjalanan panjang. Membuang hasrat yang sudah sejam dipendam (BAB :p ). Sampai jam 04.00 WIB kami baru mulai mendaki.
Dan akhirnya kami sampai dengan selamat di pos ini sekitar pukul 02.00 WIB. Tidur sebentar buat pak supir. Melemaskan otot yang kaku setelah perjalanan panjang. Membuang hasrat yang sudah sejam dipendam (BAB :p ). Sampai jam 04.00 WIB kami baru mulai mendaki.
Dimulai dari Paltuding berjalan kaki dengan jarak sekitar 3
km. Lintasan awal sejauh 1,5 km cukup berat karena menanjak. Sebagian besar
jalur adalah dengan kemiringan 25-35 derajat. Selain menanjak, struktur
tanahnya juga berpasir sehingga menambah semakin berat langkah kaki karena
harus menahan berat badan agar tidak merosot ke belakang.
Setelah beberapa lama berjalan kaki, akhirnya sampai juga di pos bunder, tempat beristirahat. Disini bisa ngopi atau sekedar melemaskan otot - otot kaki yang lelah berjalan atau juga bisa mengisi perut degan mie cup yang dijual disini. Tapi berhati-hatilah makan mie cup nya, jangan dimakan setelah diberikan bapak penjual, tunggulah sampai beberapa saat, karena memang mie cup tidak terasa panas, tapi jika kamu makan saat itu juga, sampai rumah kamu akan merasakan apa yang saya rasakan. lidah saya rasanya meloncot, tak bisa merasa untuk sementara gara2 makan mie cup yang masih mengebul T.T.
Setelah beberapa lama berjalan kaki, akhirnya sampai juga di pos bunder, tempat beristirahat. Disini bisa ngopi atau sekedar melemaskan otot - otot kaki yang lelah berjalan atau juga bisa mengisi perut degan mie cup yang dijual disini. Tapi berhati-hatilah makan mie cup nya, jangan dimakan setelah diberikan bapak penjual, tunggulah sampai beberapa saat, karena memang mie cup tidak terasa panas, tapi jika kamu makan saat itu juga, sampai rumah kamu akan merasakan apa yang saya rasakan. lidah saya rasanya meloncot, tak bisa merasa untuk sementara gara2 makan mie cup yang masih mengebul T.T.
Setelah beristirahat di Pos Bunder (pos yang unik karena
memiliki bentuk lingkaran), jalur selanjutnya relatif agak landai, selain itu
wisatawan / pendaki disuguhi pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah.
Sampai juga akhirnya, diatas. WAOWW!! Disambut oleh bapak kuli belerang...
Akhirnya capeknya berjalan terbayarkan. Bau belerang yang menyengat. Rasanya FIUHHH!!! lega...Duduk sebenatar menikmati pemandangan yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Langit biru, tanah coklat dan kawah. Melihat ada kuli belerang dan menjual beberapa bentuk bangunan? yang terbuat dari bongkahan belerang. Lucu saja melihatnya, setelah lama bekerja dibidang belerang, baru kali ini saya melihat bongkahan belerang dibentuk hewan dan bangunan..wkwkkwkwk.
Sampai juga akhirnya, diatas. WAOWW!! Disambut oleh bapak kuli belerang...
Akhirnya capeknya berjalan terbayarkan. Bau belerang yang menyengat. Rasanya FIUHHH!!! lega...Duduk sebenatar menikmati pemandangan yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Langit biru, tanah coklat dan kawah. Melihat ada kuli belerang dan menjual beberapa bentuk bangunan? yang terbuat dari bongkahan belerang. Lucu saja melihatnya, setelah lama bekerja dibidang belerang, baru kali ini saya melihat bongkahan belerang dibentuk hewan dan bangunan..wkwkkwkwk.
Oke, mulai kita menuruni anak tangga biar lebih dekat dengan kawah. Walaupun ada larangannya biar gak terlalu dekat dengan kawah, pak kuli belerang tetap nekat ya. Tapi kami sebagai pengunjung yang baik menaati peraturan yang ada tetap turun, tapi tetap pada darah aman (karena ada saya dan cewek2 terlalu parno untuk turun kebawah...hahhahaahaa).
Untuk turun menuju ke kawah harus melintasi medan berbatu-batu sejauh 250 meter dengan kondisi yang terjal. Disini saya mencoba untuk turun dan ternyata membuat sandal yang saya gunakan copot T.T
Untuk turun menuju ke kawah harus melintasi medan berbatu-batu sejauh 250 meter dengan kondisi yang terjal. Disini saya mencoba untuk turun dan ternyata membuat sandal yang saya gunakan copot T.T
Setelah lelah bertanya pada tukang kuli belerang, sayapun mengakalinya. Beberapa kali saya mengakali untuk memasangnya kembali namun
sia-sia. Berharap ada pangeran baik hati yang membantu meminjamkan sandalnya. Enatah keajaiban yanng ada dikawah ini atau bagaimana. Seketika doa dalam hatiku terkabulkan. Seseorang meminjamkan sandalnya.
Tanpa banyak
kata, dia meninggalkan sandalnya didepan saya, kemudian beranjak turun ke
Patulding dengan hanya memakai kaos kaki. What? Seketika saya terkesima. Baik banget sih mas. Khawatir, terima kasih dan kagum
campur aduk dalam hati saya. Setidaknya saya tahu masih ada seseorang yang baik
disekitar saya.
Sebelum perjalanan kemabli turun ke mobil, saya buat satu doa lagi disini. Tempat ini begitu indah. Hingga tiba-tiba hati kecil saya ingin kembali kesini,tapi tak sendiri seperti sekarang, yang hanya menjadi juru foto untuk pasangan yang bersama saya kali ini. hahahhahaa..
my wish, semoga aku bisa kembali ketempat ini bersama dia yang tak pernah lelah menjadi sandaran hatiku nantinya. Amin..
my wish, semoga aku bisa kembali ketempat ini bersama dia yang tak pernah lelah menjadi sandaran hatiku nantinya. Amin..
Lelah setelah turun gunung, kami memutuskan untuk segera kembali ke Surabaya. Selain karena waktu semakin siang, kami juga lapar. Akhirnya Situbondo menjadi tujuan kami. Berada di Raya Situbondo, terdapat rest area. tepatnya sebelum PLTU Paiton (kalo dari arah Banyuwangi), disana ada pom bensin, minimarket, rumah makan, ada juga kamar mandi dengan beberapa fasilitas menarik diantaranya air hangat. Cocok setelah luluran belerang..hahaha. Disana juga tersedia hotel/ motel untuk yang lelah dalam perjalanan.
Finally, balik kesurabaya membawa cerita baru. Bertemu teman baru, khususnya Mr. Sandal. Walopun aku sudah tahu namanya tapi gak kusebut namanya, biar ketika dia baca ini dia senyum sendiri :) .Terima kasih atas perjalanan kali ini, guys. Ditunggu undangan jalan - jalan berikutnya ^_^.
source:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Ijen
Comments
Post a Comment